Rabu, 09 Desember 2009

TUGAS UAS PENULISAN ARTIKEL


DANI FIRMANSYAH
207400290
KPI A/5
TUGAS UAS PENULISAN ARTIKEL
HAJI MABRUR
Dalam keyakinan masyarakat tertentu, haji merupakan salah satu ibadah yang menempati kedudukan istimewa. Ibadah haji sebagai salah satu dari rukun Islam yang lima juga merupakan ibadah yang memiliki tempat tersendiri di hati mereka. Hal demikian bisa kita buktikan melalui kenyataan akan besarnya minat masyarakat untuk melaksanakan ibadah haji dalam setiap tahunnya.
Fakta mengenai besarnya minat berhaji tersebut telah menarik perhatian tersendiri, mengingat di satu sisi haji adalah cabang ibadah yang sangat bergantung pada kemampuan finansial (ONH) yang relatif mahal, dan secara umum ibadah tersebut hanya bisa dijangkau oleh mereka yang mampu, yang dalam bahasa agama disebut istitha’ah.
Tidak sedikit memang janji-janji agama terhadap para pelaku haji. Termasuk persepsi mereka bahwa haji mampu membuka lembaran baru dalam hidupnya, demikian juga sugesti keagamaan, utamanya penegasan Nabi, bahwa orang yang berhaji karena Allah dan dengan cara yang sesuai dengan tuntutan Islam, maka mereka akan kembali seperti pada hari dimana mereka dilahirkan dari rahim ibunya, bersih dari segala dosa. Dan dalam kesempatan lain Nabi juga menegaskan: Ongkos naik haji (ONH) adalah sama dengan ongkos untuk berjihad di jalan Allah. Satu dirham akan diganti dengan tujuh ratus kali lipat  (Al-Hadist). Inikah diantara yang menjadi obsesi mereka untuk selalu menunaikan haji, sehingga haji menjadi  ibadah yang diprioritaskan.
Haji merupakan syariat Islam yang diwariskan melalalui keteladanan Ibrahim AS.  yang pernah dibelokkan oleh umat sesudah beliau dari tujuan sebenarnya. Namun kemudian Nabi Muhammad saw. segera meluruskannya, yaitu yang berkenaan dengan praktik ritual yang bertentangan dengan penghayatan nilai kemanusian universal Misalnya, kelompok yang menyebutnya sebagai al-hummas, mereka merasa elit dan eksklusif tidak mau berbaur dengan jama’ah lainnya, sehinggga ketika semua orang harus wuquf di Arafah, kelompok al-hammas ini wuquf di Muzdalifah.
Akan tetapi sangat disayangkan, banyak sekali orang orang yang melakukan ibadah haji yang melenceng dari tujuan yanhg pertama yaitu mendapatkan ridho ilahi dan mendapatkan haji yang mabrur. Mereka yang salah niat itu kebanyakan mereka melakukann ibadah haji dengan rasa sombong karena akan mendapatkan tittle yang mereka mau, yaitu gelar pak haji dan ibu haji. Dan banyak juga orang yang pergi haji karena disebabkan gengsi, karena teman teman  atau rekan rekannya melakukan ibadah haji.
Memang mereka tidak seluruhnya salah, karena uang sebesar 35 juta itu tidak mudah didapat dan tidak mudah dicari. Jadi wajar saja kalau orang yang mengeluarkan untuk ibadah haji itu ingin dianggap atau di cap bahwasanya dia itu telah melakukan ibadah yang mahal itu. Akan tetapi pertanyaan yang akan muncul itu adalah, apakah ibadah hajinya akan termasuk haji mabrub ( haji yang diterima allah ) ataukah haji nya itu hanya haji mardud ( haji yang ditolak Allah swt karena berbagai hal)?
Di dalam kitab problematika islam masa kini karya Dr. Yusuf qardhawi, menyatakan bahwasanya, mabrur atau tidaknya pelaku haji itu tergantung seseorang yang beribadah haji itu, maksudnya adalah, apabila seseorang itu melakukan ibadah hajinya itu mengenai sasaran (diterima allah swt) maka hal itu dapat terlihat dengan perbuatannya. Artinya, ibadah haji yang mabrur itu adalah ibadah haji yang bisa merubah perilaku seseorang, dari sebelum berangkat dari haji, dia itu sudah memperbaiki dirinya baik itu urusan dengan hablum minalloh (interaksi dengan Allah) dan hablum minannaas (hubungan dengan manusia).
Setelah itu, ibadah haji yang mabrur itu, dia itu akan senantiasa melakukan ibadah hajinya di tanh suci dengan bersungguh sungguh, maksudnya adalah mensucikan diri dari hal hal yang dibenci oleh Allah swt. Dan haji mabrur itu akan melahirkan kesadaran yang tinggi untuk lebih peka terhadap urusan-urusan sosial.


Baca Selengkapnya →